YOSI GUMALA

Kepala UPTD SDN 06 SARILAMAK.Harau.Lima Puluh Kota Sumbar...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tangisan

Tangisan

Tanggisan

Bis malam perlahan bergerak meninggalkan kota bengkuang, menuju kota minyak membawa 40 orang alumni PGSD IKIP Padang. Mereka bukan pergi tamasya, namun selembar surat tugas sebagai abdi negara mengantarkan ketempat tugas masing-masing . Senda gurau dan canda ria penumpang terdengar riuh rendah. Ada saja yang dijadikan bahan cerita,sehingga perjalanan terasa tidak begitu melelahkan meski ada juga diantaranya yang mabuk darat. Bis berhenti di sebuah rumah makan, semua penumpang turun. Sambil menunggu waktu sholat subuh ada yang ngopi, ngeteh dan makan soto panas. Fitri hampir ketinggalan bis dengan nafas terengah-engah dia menaiki mobil . “ Kemana aja Fit hampir kami tinggal” ujar Hendra ketua rombongan. Fitri hanya membisu tidak menjawab, dengan tenang duduk dibangkunya. Bis mulai berjalan kembali, dari balik kaca sepanjang jalan terlihat pipa –pipa besar berisi minyak. Jam 7 pagi sampailah di pelabuhan. Semua penumpang turun dan mengemasi barangnya masing-masing.

Suana pelabuhan terasa sangat asing, beberapa orang mendekati menawarkan jasa . Inilah pertama kali Fitri naik kapal. Dumai Expres itu nama kapal yang akan mengantarkan kami ke kota Bengkalis. Hendra membagikan tiket kapal kepada kami semua.” Teman-teman, sebentar lagi kapal dating,” ujar Hendra.” Mari kita semua saling bantu terutama yang laki-laki mohon bantu teman-teman perempuan”. Sejam perjalanan sampailah di Bengkalis. Kami turun di dermaga kapal akan lanjut ke Batam. Hendra kembali tampil,” Teman-teman mari kita diskusi dulu, siapa yang akan ikut saya melapor ke kantor dinas pendidikan? ”kata Hendra. Setelah musyawarah kilat terpilih 3 utusan, Hendra, Feri dan Rina. Sambil menunggu ketiga utusan kembali, secara bergiliran kami mencari sarapan pagi. Dengan wajah berseri ketiga utusan kembali di damping oleh dua lelaki yang berpakain dinas. Setelah berkenalan akhirnya kami diantar ke penginapan. Dengan semangat yang membaja kami menuju penginapan. Terbayang kasur empuk, karena perjalanan cukup menguras energy. Sampailah di penginapan , betapa terkejutnya kami ternyata seperti ini.Satu kamar untuk 4 orang kata petugas penginapan. Kamar mandi ada disana. Silakan dipakai bergantian, semua saling perpandangan dan menahan tawa. Mari kita nikmati dan bersyukur kata salah seorang sahabat. “Silakan kawan-kawan masuk kamr, berberes diri, setalah makan siang kita akan berkumpul di aula bersama bapak kepala dinas pendidikan”, ujar Hendra. Aku, Fitri , lela dan Heni satu kamar karena kecamatan kami juga sama. Terasa sedikit lega berbaring diranjang meski jauh dari kata nyaman. Saat berdandan ala kadarnya terdengar himbauan dari luar ayo semua siap, acara akan segera dimulai. Berkumpulah kami di Aula, bapak kepala dinas memberikan sambutan dan arahan. Oh ternyata tempat tugas kami berjauhan. Ada yang mesti kembali ke Dumai karena dapatnya di Rupat, Sungai Apit, Teluk Lanus, Merbau, centai, Mengkopot, Bagan Siapi –Api . Ke 40 orang dengan 40 desa yang berbeda. Setelah acara usai kami berkumpul melihat siapa yang kecamatannya sama, dan jalur berangkatnya sama. Terjadilah kelompok –kelompok kecil sesuai kecamatan. Aku ternyata ada 13 teman yang sama di kecamatan Merbau. Ga terasa waktu cepat berlalu, setelah makan malam kami berkumpul sekalian berpamitan karena besok rombongan sudah berpisah. Ada rasa haru biru membuncah dihati kami semua.

Paginya rombongan kecil ku sebanyak 13 orang menuju Teluk Belitung telah bersiap di pelabuhan. Sesuai kesepakatan semua berkumpul dulu di kecamatan, setelah itu baru menuju tempat masing-masing. Satu –persatu kawan –kawan ku mulai meninggalkan dermaga. Dengan cipika-cipiki dan lambaian tangan kami berpisah. Yusri adalah ketua rombongan baru kami. “ Teman-teman ini adalah kapal yang menuju Belitung, mari semua naik” ujar Yusri. Dalam hati ku berdoa selamatkanlah ya Allah perjalanan Kami. Setelah semua penumpang naik kapal mulai berjalan perlahan. Karena kami orang baru terlihat pandangan mata penasaran di netra penumpang lain.Yusri langsunng beraksi berjalan kesana kemari cari informasi tentang tempat tugas kami. Berdasarkan informasi dari penumpang sebahagian tempat tugas kawan-kawan ku dilalui kapal dan kapal akan singgah di sana. Sebahagian lagi harus ke Teluk Belitung dulu baru nyambung naik ojek. Desa yang tidak ada kendaraan umumnya adalah desa tempat tugas ku. Saran dari ABK (anak buah kapal) sebaiknya yang desanya dilalui kapal turun saja. Setelah diskusi yang sengit dan pertimbangan ini itu akhirnya kawan-kawan mulai goyah, diambil kesepakatan mereka akan turun di desa masing-masing.”Lho aku bagaimana? kata Fitri. Kami tidak bisa bantu karena tidak ada kendaraan umum kesana, jawab beberapa teman. Ada yang usul coba saja temui kepala cabang dinas kecamatan nanti minta petunjuk. Benar –benar ngak masuk akal Fitri berguman. Wajahnya mulai terlihat panik dan galau tinggkat tinggi. Diskusi terus berlangsung, sebahagian teman usul tetap bersama dulu sebahagian lagi tetap dengan pendapatnya. Belum juga dicapai kata sepakat. Tiba-tiba ABK kapal berseru “ Sebentar lagi kapal akan sampai di Selat Akar , bapak silakan bersiap-siap”. Aku turun disini ,”kata Bobi temanku. Bagaimana ini cepat ambil keputusan, saat Bobi mulai berkemas, tiba-tiba Fitri menangis, semakin lama tangisnya semakin keras aku berusaha menengkannya, tangisnya malah semakin menjadi. Seisi kapal heran, datanglah seorang bapak setengah baya dengan pakain dinas yang rapi. “ Kenapa adik itu menangis?”Tanya sang bapak. Yusri bangkit dan menceritakan secara ringkas kepada si bapak. Bapak itu tertawa terpingkal-pingkal dan berlalu dari hadapan kami. Kami jadi heran dan saling pandang. Saat sibapak kembali bersama temannya, ku memberanikan diri bertanya, “Kenapa bapak tertawa, ada yang lucu ya pak?. “Kenalkan saya Tengku, dulu sempat sebagai PJS di desa tempat tugas buk Fitri,” ujar pak Tengku. “Diantara bapak ibuk guru baru, Ibuk Fitri ini paling beruntung karena Kepala Sekolah nya ada diatas kapal ini, “ katanya. Fitri sontak berdiri dan menghapus air matanya yang sudah tercurah. “Bapak ini adalah kepala sekolah tempat buk Fitri bertugas,” ujar pak tengku memperkenalkan teman disampingnya. Akhirya tanggisan Fitri berubah jadi tawa sumringah.

Lembah Harau, 2 Juni 2020

(Hari ke – 43)

#tantangangurusiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rancak Bana ko... Salam kenal dan salam Literasi Uni.

02 Jun
Balas

Terimakasih dinda.salam kenal kembali.ke lembah harau mampir ya

03 Jun

Keren....

02 Jun
Balas

Makasih mas

03 Jun

Kenangan yang tak terlupakan

29 Jun
Balas

Wah keren bu,ttp berkarya,jangan lupa follow akun saya,mari berbagi

02 Jun
Balas

Terimakasih .ashiiap

03 Jun



search

New Post